Di zaman digital sekarang, hampir semua unsur kehidupan berhubungan sama teknologi. Terlebih lagi di kantor, sistem absen dan data base adalah dua elemen penting yang akan diakses setiap hari setiap saat.
Nggak kebayang deh kalo suatu hari tim IT harus berkegiatan di luar kantor seharian dan laptop atau email saya mendadak ngadat. Pernah sekali waktu saya ngobrol dengan teman-teman tim IT soal susah sedih dan pengalaman menyenangkan mereka selama jadi tim IT. Ini dia cerita mereka.
1. Detta Christanta
“Lima tahun aja kakak, kerja di tim IT dan full di rumah sakit.” Jawaban jujur Detta membuka obrolan sore itu.
Selama 5 tahun bekerja sebagai IT Support di rumah sakit swasta di daerah Jakarta Selatan, ‘digangguin’ sama suster sudah jadi makanan Detta sehari-hari.
Pas kuliah dulu, Detta mau ambil jurusan IT karena tahu ilmu yang dipelajari nggak monoton. Tapi ternyata pas praktik di dunia kerja tetap ada perbedaan. Kalau di kantor masalah dan program yang ditangani sangat spesifik sementara di kampus dulu baru sebatas pengenalan.
“User kadang suka manja, saya udah pernah nih ngasih tahu caranya mindahin email dari Zimbra ke Thunderbird, tapi tiap emailnya penuh selalu manggil saya lagi. Pokonya itu urusan (pekerjaan) saya, gitu kata mereka.” cerita Detta tentang pengalaman unik selama kerja di bidang IT.
Sedikit pesan dari Detta untuk teman-teman user supaya mau membekali diri dengan pengetahuan dasar, misalnya cara mengarsipkan email masuk ke email back up. Ini penting karena teknologi terus berkembang dan selalu ada hal baru, kalau usermengerti hal-hal dasar akan membantu dirinya sendiri juga.
Artikel Terkait: Ragam Jurusan di Dunia Kuliah
- Ternyata Begini Suka Duka Kuliah di Jurusan Ilmu Komunikasi!
- Lulusan Bahasa atau Sastra, Bisa Kerja Jadi Apa, Sih?
- 10 Jurusan Kuliah Sepi Peminat yang Lulusannya Bergaji Besar
2. Putra Danan Joyo
Tertarik dengan dunia IT dari SMP jadi awal Joy memilih jurusan IT ketika kuliah. Joy juga sudah aktif menekuni bidang ini dengan bekerja lepasan (freelance) sebelum bekerja menjadi tim IT di perusahaan financial technology di bilangan Jakarta Pusat. Bekerja profesional sebagai tim IT ternyata sudah memberi cowok satu ini pengalaman seru.
Joy bercerita pernah satu kali ada error mistis yang dikeluhkan oleh tim marketing. Solusinya tim IT dan marketing harus duduk bersama dan cari jalan keluar.
“Sanking mistisnya pembicaraan malah jadi melebar ke topik yang lain, haha,” ungkap Joy tentang salah satu pengalaman lucunya dalam bekerja.
Cowok yang sering mendapat julukan IT geek ini juga berpendapat, penerapan teknologi baru jadi tantangan bagi pekerja di bidang sistem informasi. Berbeda dengan generasi pendahulu yang kalau sudah nyaman dan merasa optimal dengan satu sistem maka akan bertahan di situ.
“Kecanggihan IT sekarang perlu dimanfaatkan untuk menghemat waktu dan efisiensi sumber daya,” tutup Joy.
3. Fauzi Arjanggi
“User selalu marah dan nyalahin tim IT kalau komputernya rusak, padahal semua barang elektronik pasti akan sampai di masa dia akan rusak juga kan,” keluh Fauzi tentang pengalaman kurang menyenangkan yang harus sering dia hadapi saat bekerja.
Bekerja empat tahun sebagai IT support di sebuah bank swasta di Jakarta nggak berarti aman dari omelan user. Fauzi mengaku cukup sering mendapat keluhan yang beragam sampai sekarang. Malah menurut Fauzi banyak hal yang kurang menyenangkan dibanding yang seru, apalagi bekerja sebagai IT support di perusahaan besar.
Bagian yang seru menurut Fauzi ketika harus cari tahu sendiri cara mengoperasikan software dan hardware yang ditanggungkan ke timnya. Kantor nggak selalu mengajarkan atau kasih pembekalan, jadi kemauan untuk belajar juga sangat dibutuhkan sebagai pekerja di ladang penuh kecanggihan ini.
Kalimat “..kan lo anak IT, Mas” sering digunakan user di kantor Fauzi sebagai senjata minta bala bantuan. Bahkan Fauzi juga cerita pernah diminta tolong untuk membetulkan laptop pribadi teman kantornya. Wah, bisa saja nih!
“Kadang kalo mereka pengertian dikasih amplop gitu sebagai ucapan terima kasih. Tapi kalo saya sendiri nggak pernah minta, dikasih syukur nggak juga anggap aja ibadah.”
Baik banget nih Fauzi, asal jangan dikerjain terus ya kalau kamu punya rekan kerja seperti Fauzi di kantor.
4. Achmad Ramadhan
Pria yang akrab disapa Mas Dadan di kantornya ini sudah bekerja di bidang IT sejak lulus kuliah hingga sekarang. Enam tahun berhubungan dengan user menurut Dadan memberi banyak pengalaman dan wawasan baru tiap harinya.
Lewat pekerjaan ini ia bisa bertemu semua kalangan di semua elemen struktur organisasi, mulai dari CEO sampai staf pasti akan memberikan kursinya untuk tim IT duduk dan menangani kendala yang disampaikan. Hmmm, betul juga ya.
“Cerita anehnya.. Dimintain tolong benerin HP. He-he. Dengan alasan, ‘kan lo orang IT’. Hp hilang minta dilacak sama kita, nanti pompa air di rumahnya mandek minta anak IT juga lagi yang benerin,” ungkap Dadan yang sempat bikin saya kaget. Hehe.
Menurut Dadan, tingkat ketergantungan user di kantornya memang sangat tinggi.
Dadan juga mengaku beradaptasi dan berkompetisi dengan teknologi era ditigal adalah salah satu tantangan pekerja bidang IT di Indonesia. Semua harus instan dan efisien, tim IT harus menambah kapasitas agar cepat tanggap dan bisa memenuhi kebutuhan di era digitalisasi ini.
Artikel Terkait: Aplikasi dan Gadget, Nyawa Era Digital
- 5 Aplikasi yang Bisa Bikin Pekerjaanmu Semakin Terkoordinasi
- 5 Hal Ini Menjadi Lebih Mudah dengan Adanya Mobile App
- Ini 5 Hal yang Akan Terjadi Seandainya Internet Nggak Diluncurkan 25 Tahun Silam!
5. Bryan Permana
Banyak jurusan yang ditawarkan universitas ternyata nggak mengubah niat Bryan mempelajari ilmu teknologi di kampus. Setelah lulus, Bryan melanjutkan pekerjaan sebagai IT support dan kini sudah 2 tahun mendalami bidang ini. Pada saya, Bryan berbagi cerita tentang kebiasaan user yang sering mengeluhkan error tanpa mau mencari tahu dulu penyebabnya.
“Mouse wireless yang nggak bisa dipakai, ternyata karena usb-nya belum kepasang,” celetuk Byan tentang pengalamannya menangani keluhan user di kantornya.
Beruntungnya, Bryan belum pernah ‘ditodong’ memperbaiki ponsel atau laptop temannya yang rusak. Paling sebatas pertanyaan cara menggunakan aplikasi. Tapi Bryan juga mengaku kalau dia sering jadi korban stereotip anak IT, yaitu dianggap bisa memperbaiki, membongkar, memasang segala barang elektronik. Padahal nggak semua barang elektronik bisa diperbaiki juga sama anak IT.
Mirip seperti pesan Detta, Bryan juga menyarankan supaya tiap user mau belajar sedikit tentang teknologi. Setidaknya mulai dari barang-barang yang digunakan sehari-hari seperti laptop, ponsel, dan kapsul pintar. Kan nggak ada salahnya kalau bisa mengatasi masalah sederhana gadget-mu sendiri. Hehe.
Itu tadi lima anak IT yang berbagi suka dukanya bekerja di perusahaan yang sering jadi korban stereoptip anak IT harus bisa menangani apapun yang berbau teknologi dan elektronik. Semoga teman-teman di bidang IT tetap sabar dan semangat kerjanya ya!
Kalau kamu sendiri gimana? Termasuk yang sering minta tolong anak IT atau justru makin semangat untuk kerja di bidang IT?